Uralskiy Vokzal di Michurinsk

Picture: Yaroslavsky Vokzal (Moskwa)

Dalam perjalanan ke St. Petersburg,
Saya tahu, “Travelling by Russian train is 
an experience you won't soon forget.


     08.08.2015. 
     Tahun pertama belajar bahasa Russia sudah berakhir. Setelah 9 bulan belajar dan bahasa Russiaku mulai dipahami orang-orang di pasar Tambov atau di toko makanan bernama “Begemot” yang setiap dua atau tiga hari kudatangi, saya memutuskan untuk berlibur di St. Petersburg. Thomash, pastor paroki kami mengizinkan saya dan Germain Mukinisa (seorang sahabat dan saudara sekongregasi dari Kongo), untuk mengadakan perjalanan menempuh jarak 1,052 Km dengan night train
     Perjalanan dari Tambov ke St. Petersburg kami awali dengan perasaan cemas. Pertama, kami mesti berangkat ke Uralskiy Vokzal (Stasiun Kereta) di Michurinsk, kota tetangga di sebelah barat Tambov, dengan kereta listrik. Kemudian kami mesti mencari wagon kereta kami di tengah jubelan penumpang untuk meneruskan perjalanan ke St. Petersburg. Kedua, ini yang paling penting, bahasa Russia kami pas-pasan saja. 
     Tampaknya Germain selalu berharap agar saya bertanya untuk memastikan kereta yang kami tumpangi sungguh ke Michurinsk ataukah tidak. Di setiap ostanovka (perhentian) yang kami dekati dia bertanya-tanya, jangan-jangan ini Michurinsk dan kami harus turun. Maklum, Germain baru saja memulai bahasa Russianya 3 bulan yang lalu. Dia mau bertanya pada penumpang-penumpang yang sedang bermain kartu di samping kami, tapi dia selalu ragu-ragu. 
     Kami diberitahu pastor paroki, lamanya perjalanan dari Tambov ke stasiun kereta di Michurinsk kurang lebih satu jam. Setiap saat Germain melirik jam tangannya dengan wajah agak cemas, sebab limabelas menit lagi kereta kami (ke St. Petersburg) akan berangkat dari Michurinsk, sedangkan kami masih di atas kereta listrik dari Tambov. 
     Beberapa penumpang di dekat kami segera turun, saat kereta berhenti di ostanovka berikutnya. Saya pun mulai cemas, sebab jam di pintu kereta menunjukkan 18.48, sedangkan waktu keberangkatan yang tertera di tiket kereta (Michurinsk Uralskii – St. Petersburg) “18.58”. Gawat, kalau terlambat! Sudah kubilang pada pastor paroki, jika jam tujuh malam nanti saya menelpon ke rumah di Tambov, itu artinya kami ketinggalan kereta. No matter, perjalanan ini sudah dimulai dan kami tidak sendirian. 
     Dengan yakin, saya mendekati seorang ibu dan bertanya, apakah Michurinsk sudah dekat. Saya juga bertanya, berapa menit lagi kereta listrik tiba di Michurinsk. Ibu itu meyakinkan kami, bahwa tidak lama lagi kami tiba di Michurinsk. Ketika sedang berbicara dengan ibu yang tidak kami kenal sebelumnya ini, kereta berhenti. Beberapa penumpang turun. Sontak Germain bertanya, “Apa ini Michurinsk?” 
     “Bukan. Ini cuma ostanovka dan bukan stasiun,” Ibu itu lalu bertanya pada saya, “Kamu mau ke mana?” 
     “Kami dalam perjalanan ke St. Petersburg. Tetapi ini pengalaman pertama, tentu tidak mudah bagi kami.” 
     “Tidak lama lagi kita tiba di Michurinsk. Kamu tahu nomor kereta kamu?”
     “Iya, no 111BA. Wagon 13.”
     Akhirnya kami memasuki stasiun kereta bernama Uralskiy Vokzal, lalu turun dari kereta, dan bergegas menuju kereta utama. Ibu tadi masih ada di samping dan dia meminta kami segera bertanya, apakah kereta di depan kami ini bernomor 111BA dan benar akan berangkat ke St. Petersburg. 
     Setelah memastikan kereta, kami segera mencari Wagon nomor 13. Keretanya cukup panjang, rasanya mau berlari, tapi tentenganku berat. Syukur-syukur, penumpang tidak sepadat penumpang KM. Bukit Siguntang di Pelabuhan Lorensai Maumere (Flores). Penumpang di stasiun-stasiun kereta selalu tertib, tidak pernah berdesakan, apalagi sampai berdorongan seperti kondisi di Halte Busway TransJakarta, tentu itu tidak terjadi di sini.
     Saat tiba di pintu wagon 13, dua petugas meminta kami segera menaiki tangga menuju kompartemen, setelah mereka dengan cepat memeriksa passport dan tiket. Saya menempati tempat tidur 016, di bagian atas. Sudah nyaman, sudah di dalam kereta. Sepertinya saya tidak perlu menelpon ke rumah di Tambov, sebab kami tidak ketinggalan kereta.  
     Tapi ibu yang tak sempat kami tanyakan namanya itu sudah tidak ada di depan kami. Saya terkejut dan bilang pada Germain, “Saya lupa menyampaikan terima kasih pada ibu yang ramah itu.” “Tidak apa-apa. Saya sudah menyampaikan terima kasih, saat kamu buru-buru mencari wagon no 13.” 
     Sudah sering terjadi, saya lupa. Saya lupa berterima kasih pada orang-orang yang menolong saya tiba di titik tujuku. Cuma saya tahu, saya tidak sengaja melakukannya. Jika mungkin saya bertemu lagi ibu itu di tempat lain, saya tak sanggup lagi mengenal wajahnya, sebab ingatanku padanya sudah terhapus oleh rasa cemas yang berlebihan. 
    Kereta sudah jauh meninggalkan Uralskiy Vokzal di Michurinsk. Di samping kami ada dua penumpang yang lain. Mereka mengeluarkan makanan dan minuman, lalu menikmati makan malam sambil bercerita. Di luar sana yang terlihat cuma hamparan yang ditanami bunga matahari, seluas mata memandang. Matahari masih kelihatan seperti pukul 17.00 di Indonesia umumnya, padahal sudah pukul 21.00. 
***
     Seusai makan malam, saya pun tidur. Tentu ini bukan pengalaman pertama saya mengadakan perjalanan dengan kereta. Seperti biasa, bunyi gesekan roda-roda kereta membuat tidur tidak nyaman. Tapi saya tahu, “Travelling by Russian train is an experience you won't soon forget.”*** 

Comments

Popular Posts